Rabu, 06 Mei 2015

INGATAN DAN LUPA



INGATAN DAN LUPA
A.    PENDAHULUAN
Ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia, menunjukkan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialaminya. Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya; dan bila suatu waktu dibutuhkan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali. Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang telah pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali atau dengan kata lain ada yang dilupakan
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Ingatan
Secara sederhana, Irwanto mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. menurut Walgito, Ingatan adalah kemampuan psikis untuk memasukan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang lampau . Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu.
Santrock mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak terbuang secara sia-sia. Menurut Schelessinger dan Groves, Ingatan adalah system yang berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya .
Dari pengertian di atas setidaknya bisa kita simpulkan bahwa tahapan Ingatan ada 3, yakni :


a.       Penkodean
Proses pengubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme.
a)      Penkodean dalam Ingatan Sensori
Pada saat melihat sesuatu atau telinga mendengar sesuatu, informasi dari indera-indera akan diubah dalam bentuk impuls-impuls neural dan dihantar ke bagian tertentu di otak. Proses ini berlangsung dalam waktu sepersekian detik. Sinar yang mengenai retina diterima oleh reseptor-reseptor yang ada kemudian sinar tersebut ditransformasikan bentuknya ke dalam impuls-impuls neural dan dikirim ke otak.
b)      Penkodean dalam Ingatan Jangka Pendek
Informasi yang masuk melalui indera dan disimpan dalam ingatan sensori dapat dianggap sebagai bahan mentah yang jumlahnya banyak sekali. Jumlah yang banyak itu akan diseleksi menurut beberapa cara dalam control proceses (proses-proses pengendalian). Pertama, informasi yang masuk akan dirujukkan ke gudang informasi dalam ingatan jangka panjang. Pada ingatan jangka panjang, pola-pola informasi yang masuk dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, akan terpilih informasi yang sudah dikenal atau yang mempunyai makna. Kedua, mekanisme lain yang digunakan untuk menyeleksi informasi adalah attention (perhatian). Perhatian ini menyaring informasi yang masuk ke dalam ingatan jangka pendek sehingga hanya sebagian kecil yang boleh lewat.
b.      Penyimpanan
Informasi yang telah diubah akan dipertahankan pada tahap penyimpanan. Penyimpanan adalah suatu proses mengendapkan atau menyimpan informasi yang diterima dalam suatu tempat tertentu. Penyimpanan ini sudah sekaligus mencakup kategorisasi informasi sehingga tempat informasi disimpan sesuai dengan kategorinya. Penyimpanan informasi merupakan mekanisme penting dalam ingatan. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis ingatan yang akan diperagakan oleh organisme.
a)      Penyimpanan dalam Ingatan Sensori
Ingatan sensori mempunyai kapasitas penyimpanan informasi yang sangat besar, tetapi informasi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa informasi yang disimpan dalam ingatan sensori akan mulai menghilang setelah sepersepuluh detik dan hilang sama sekali.
b)      Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Pendek
Kapasitas dalam ingatan jangka pendek sangat terbatas untuk menyimpan sejumlah informasi dalam jangka waktu tertentu. Rathus menyatakan jika informasi yang diterima setelah 10 sampai 12 detik tidak diulangi, maka informasi tersebut akan hilang.
c)      Penyimpanan dalam Ingatan Jangka Panjang
Kapasitas ingatan jangka panjang sangat besar. Hal ini memungkinkan penyimpanan informasi yang luar biasa banyaknya yang diperoleh sepanjang hidup organisme. Meskipun demikian, ingatan masih bekerja sangat efisien yaitu dengan jalan mengorganisasikan informasi yang diterima dari ingatan jangka pendek. Reorganisasi ini erat hubungannya dengan proses retrieval atau proses mengingat kembali informasi yang telah disimpan
c.       Pemanggilan Kembali
Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam ingatan untuk digunakan kembali bila diperlukan.

2.      Jenis-Jenis Ingatan
a.       Memori atau ingatan sensorik, merupakan proses menyimpan memori melalui saraf-saraf sensorik dalam waktu yang pendek.
b.      Memori atau ingatan jangka pendek sebagai ingatan yang disimpan dalam waktu 20 detik atau lebih jika ingatan tersebut secara sadar diulang-ulang.
c.       Memori atau ingatan masa panjang
Ingatan jangka panjang merupakan penyimpanan informasi yang bersifat lebih permanen.misalnya kenangan masa kecil

3.      Macam-Macam Ingatan
Atkinson dan Shriffin, mengembangkan suatu tahapan ingatan yang dikenal dengan Three-Stage Model of Memory yang membagi ingatan manusia atas 3 jenis utama, yaitu;
a.       Ingatan Sensori (Sensory Memory)
Proses penyimpanan ingatan melalui jalur saraf-saraf sensori yang berlangsung dalam waktu yang pendek. Informasi yang diperoleh melalui panca indera (penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran, dan pengecapan) hanya mampu bertahan selama 1 atau 2 detik. Pernyataan ini didukung oleh Rathus, yang menyatakan bahwa informasi yang pertama kali kita terima dari lingkungan dan diperoleh melalui panca indera hanya mampu bertahan 1 detik. Informasi yang diterima dengan indera penglihatan hanya mampu bertahan seperempat detik.
b.      Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memory)
Adalah suatu memori berkapasitas terbatas di mana informasi di pertahankan sekitar 30 detik . Ingatan jangka pendek disebut juga working memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama informasi masih diperlukan. Jika informasi tidak diulang kembali dalam kurun waktu 30 detik, maka informasi pada ingatan jangka pendek akan menghilang.
c.       Ingatan Jangka Panjang (Long Term memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen dan biasanya menetap dalam ingatan Individu tersebut.
4.      Metode Mengingat
Teknik ingatan adalah teknik memasukkan segala informasi yang kita peroleh ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak. Pada dasarnya otak sangat menyukai dengan hal-hal seperti, sesuatu yang tidak masuk akal dan berlebihan, penuh warna, multi sensori atau melibatkan seluruh panca indera, menggunakan asosiasi, imajinasi, humor, simbol dan lain sebagainya. Semakin kita bisa menggunakan hal- hal tersebut, semakin maksimal pula kemampuan mengingat kita.
Adapun beberapa metode mengingat, diantaranya yaitu:
1.        Metode pengulangan
yang di ulang-ulang akan semakin di ingat. Untuk salah satu strategi peningkatan kemampuan memori adalah mengulang-ulang kembali. Ini selaras dengan teori pembiasaan.
2.       Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi atau cantolan adalah bagaimana cara kita mengasosiasikan pelbagai hal dalam memori kita. Kita dapat menggunakan asosiasi sederhana untuk mengingat potongan-potongan informasi. Selain itu, teknik ini juga untuk mengajarkan daftar informasi yang panjang, terutama saat kita ingin mengingat informasi dengan urutan tertentu.
3.       Sistem Mata Rantai
Yang di maksud dengan Sistem mata rantai adalah Informasi yang akan di ingat harus mempunyai hubungan dengan yang lain . Metode ini juga disebut dengan metode cerita, sebab dengan cerita ada item-item yang dihubungkan secara berurutan baik dari depan maupun dari belakang dan akan mudah diingat.
4.        Sistem Loci atau Lokasi
Dengan metode ini, kita bisa mengasosiasikan informasi yang ingin kita ingat dengan lokasi tertentu. Kita dapat mengingat informasi dengan mudah jika kita meletakkannya di tempat tertentu.
5.       Total Story Technique (TST)
Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.
6.       Total Word Technique (TWT)
Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".



7.       Total Number Technique (TNT)
Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan.
B.     LUPA
1.      Pengertian Lupa
        Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita .
        Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
        Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
        Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
        Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

2.      Proses Terjadinya Lupa
        Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
        Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1.   Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.   Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)      Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2)      Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
3)      Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
3.      Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
4.       Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

3.      Teori-Teori Mengenai Lupa
        Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a.        Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
b.      Teori interferensi
           Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
           Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini. Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.

c.       Teori retrieval failure
           Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d.      Teori motivated forgetting
           Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada
e.       Lupa karena sebab-sebab fisiologis
           Para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.

4.      Sebab Terjadinya Lupa
a.       Lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa.
Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      practice interference.
2.      retroactive interference.
Seorang siswa akan mengalami gangguan proactive apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami ganguan retroactive apabila materi pelajaran baru materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk ke dalam ingatan, karena terhambat oleh materi lain yang sudah terlebih dahulu di pelajari . Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan materi peajaran lama itu.
b.      Lupa yang di akibatkan represi. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang di tekan kedalam ketidak sadaran .
c.       Lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikapdan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
d.      Law of disuse, lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru .
e.        Lupa yang terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

C.    PENUTUP
a.      Kesimpulan
Ingatan adalah kemampuan psikis untuk memasukan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang lampau. Setidaknya ada tiga tahap dalam ingatan, yakni Perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera. Penyimpanan adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dan yang terakhir adalah pemanggilan, yakni bagaimana kita menggunakan kembali informasi yang telah di simpan. Berbicara jenis-jenis Ingatan maka secara garis besar dapat di bagi menjadi 3, yakni ingatan sensoris, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
Dalam belajar, ingatan merupakan hal yang harus mendapat perhatian yang besar, berbagai metode mengingat dapat di gunakan orang terutama ketika belajar. Metode-metode itu antara lain Metode pengulangan, Teknik Asosiasi, Sistem Mata Rantai, Sistem Loci atau Lokasi, Total Story Technique (TST),Total Word Technique (TWT), dan Total Number Technique (TNT).
Berlawanan dengan ingatan adalah Lupa. Lupa merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam proses pembelajaran. Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk mengulang kembali apa yang telah kita pelajari. Pada umumnya semua orang yang berusaha menghindari kelupaan dalam belajar, namun perihal kelupaan masih tetap menghantui setiap Individu, hal ini di sebabkan beberapa factor. Namun demikian ada beberapa kiat untuk menghindari kelupaan, antara lain Over learning, Extra study time, Mnemonic device dan Clustering

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Purwanto, Ngalim, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin, 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja rosdakarya
Saleh, Abdul rahman, 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.Jakarta: Kencana prenada media group
Santrock, John W, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media group
Sarwono, Sarlito wirawan, 2000. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan bintang
Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar